Di dunia yang bergerak cepat dan penuh ketidakpastian, kita sering diyakinkan bahwa kunci sukses adalah menjadi ahli dalam satu bidang. Namun, buku Range karya David Epstein justru menantang pandangan itu.
Ia menunjukkan bahwa masa depan justru dimenangkan oleh mereka yang mampu berpikir lintas disiplin, bukan hanya mendalam dalam satu keahlian.

Epstein mencontohkan perbedaan antara Tiger Woods yang sejak kecil fokus pada golf, dan Roger Federer yang mencoba berbagai olahraga sebelum akhirnya memilih tenis. Dua jalur berbeda, namun keduanya sukses. Bedanya, Federer membawa cara berpikir yang lebih fleksibel—kemampuan beradaptasi dari pengalaman beragam.
Hal ini terasa nyata dalam dunia kerja saat ini. Perusahaan seperti Google atau IDEO kini mencari profesional yang tak hanya ahli secara teknis, tapi juga bisa menghubungkan ide dari berbagai bidang: teknologi, psikologi, desain, bahkan seni. Kemampuan mengaitkan, bukan sekadar menguasai, menjadi nilai yang semakin penting.
Saya pribadi belajar bahwa rasa ingin tahu yang luas bukan tanda kurang fokus—melainkan modal untuk terus bertumbuh. Dunia yang kompleks membutuhkan pemikir yang bisa menjembatani ide, bukan hanya memperdalam satu jurusan.
Jadi, jika kamu pernah merasa “terlalu banyak minat” atau “tidak punya satu passion,” mungkin justru itulah keunggulanmu.


Leave a Comment